Senin, 10 Desember 2012

[Review] 'BIDADARI-BIDADARI SURGA', Hati Mulia Dalam Wajah Buruk Rupa

 [Review] 'BIDADARI-BIDADARI SURGA', Hati Mulia Dalam Wajah Buruk Rupa
Laisa (Nirina Zubir) dan Yashinta. Sumber: KapanLagi.com®
KapanLagi.com - Oleh: Sahal Fadli

Film ini mencoba menawarkan sisi lain drama dengan membuka cerita lewat ilustrasi kartun. Untuk anak-anak, pembuka film ini cukup menarik.  Mamak Lainuri (Henidar Amroe) menceritakan dongeng tentang awal mula manusia tidak bersahabat dengan harimau hingga membuat keduanya sampai saat ini saling membunuh kepada empat anaknya.
Tiba-tiba datang sesosok wanita dengan tubuh bungkuk, berambut gimbal, berkulit hitam dan berparas buruk rupa. Laisa (Nirina Zubir) tiba-tiba datang membawa rotan untuk menyuruh ke empat adiknya sholat subuh.

Kedatangan Laisa kontan membuat Wibisana (Frans Nicholas) dan Ikanuri (Adam Zidni) gelagapan. Mereka berdua adalah adik Laisa yang paling nakal. Sedangkan Dalimunte (Nino Fernandes) tetap tinggal karena sudah menyelesaikan wudhunya. adik terkecilnya, Yashinta (Nadine Chandrawinata) malah asik merebahkan tubuhnya di pangkuan Mamak Lainuri.

Itulah perkenalan singkat tentang tokoh-tokoh utama yang ada dalam film ini. Kisah dalam film ini nantinya bakal menyorot kakak beradik tersebut.
Kehadiran kakak beradik ini ternyata dari hari ke hari berhasil mengubah kehidupan warganya. Mulai dari membuat kincir air, pembangkit listrik, sampai menanam strawberry di perkebuna. Semua itu berkat Laisa, yang selalu bisa meyakinkan warga untuk memulai hal baru.
Kehidupan anak-anak berakhir, Laisa dan adik-adiknya beranjak dewasa. Sebagai sulung, Laisa terlalu mendahulukan semua kepentingan adiknya sampai-sampai mengabaikan dirinya sendiri. Hari-hari berlalu hingga timbul pertanyaan dalam diri Laisa, kapan ia bisa bertemu jodoh yang bakal mengerti dirinya.

Sony Gaokasak mengadaptasi novel karangan Tere Liye dengan perlakuan yang sama dengan film sebelumnya, HAFALAN SHOLAT DELISA. Banyak kisah menarik di dalamnya, mulai dari romantika, cinta, kasih sayang keluarga, pendidikan, pengorbanan sampai air mata. Semua dirangkum rapi dalam film.
Sony menggambarkan tokoh Laisa sebagai seorang kakak yang tegas bagi adik-adiknya, serta orang yang sudah banyak berkorban demi keberhasilan empat orang yang sangat disayanginya tanpa memikirkan kebahagiaannya sendiri. Laisa ditonjolkan sisi tegarnya meski pada beberapa adegan kunci, Laisa justru terlihat dibuat-buat ketegarannya.

Penonton juga bisa dibuat tertawa lewat dialog yang dihadirkan seperti panggilan Laisa terhadap kekasih Dalimunte, seharusnya namanya Cie Hui, namun Laisa memanggilnya dengan Cihuy.
Salah satu keberanian Sony adalah berani menyelipkan isu poligami dalam film ini. Ini layak diacungi jempol mengingat ia juga memberi penyelesaian konflik dengan cara yang elegan.
(kpl/aal/uji/dka)

0 komentar: