Senin, 10 Desember 2012

'PASUKAN KAPITEN', Berdebat Dengan Otak Tanpa Otot



[Review] 'PASUKAN KAPITEN', Berdebat Dengan Otak Tanpa Otot
Pasukan Kapiten. Sumber: KapanLagi.com®




KapanLagi.com - Oleh: Sahal Fadli
Yuma (Cahya Rizki Saputra) dan gerombolan Omar (Omara Nadira Esteghlal) berlari mengejar laying-layang yang putus. Pengejaran tersebut terhenti disebuah rumah yang menyeramkan, nyali mereka mendadak ciut untuk masuk kedalam rumah itu. Rumah itu sebenarnya tidak kosong namun sangat kotor berdebu dan gelap.

Omar yang tidak terima layangannya putus, mengancam Yuma sambil menonjok hidung bocah Sembilan tahun itu. Saat Yuma sedang merasa kesakitan Omar mengajak ketiga orang gerombolan lainnya pergi. Takut terkena pukulan, Yuma memberanikan diri masuk kedalam rumah angker itu.

Ketika kali kedua masuk kedalam rumah tersebut, Omar bersama para gerombolannya yang tidak sabar menunggu akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam. Saat berada didalam kagetlah mereka dengan kemunculan Kakek Sudirman (Andi Bersama) sampai membuat Omar takut setengah mati sampai kencing didalam celana.

Ceritapun bergulir, kenekadan Yuma justru mengubah hidupnya. Saat mencoba melarikan diri kakek Sudirman tiba-tiba orang yang selanjutnya dipanggil Jendral oleh Yuma itu tiba-tiba pingsan. Pertemuan Yuma dengan Kakek Sudirman, membuahkan persahabatan di antara keduanya. Sang kakek mengajarkan Yuma keberanian untuk melawan tindakan bullying dari Omar.

Di lain sisi, Yuma menjadi pendamping baru untuk sang kakek di setiap kesepiannya. Ia membawakan makanan, menemani, sampai membersihkan rumah. Yuma juga yang menjadi saksi hubungan kompleks Kakek Sudirman dengan anaknya, yang sangat mengharukan.

Review:

PASUKAN KAPITEN, adalah film anak kedua garapan Rudi Soedjarwo. Kali ini Rudi menegaskan besarnya dampak bullying dikalangan anak-anak. Rudi ingin mengajarkan kepada anak-anak untuk tidak perlu takut mengeluarkan pendapat untuk melawan bullying tanpa melawan dengan kekerasan.
Rudi ingin mengajarkan kepada anak-anak untuk tidak perlu takut mengeluarkan pendapat untuk melawan bullying tanpa memakai kekerasan. Film ini memaparkan dengan runut persatuan dari seluruh anak-anak kampung untuk melawan tindakan bullying sampai akhirnya bullying itu terhenti dan membuat si pelaku sadar.

Seperti film-film sebelumnya, Rudi selalu menggarapnya dengan detail dan cemerlang. Dari persahabatan anak-anak sampai tindakan menindas yang dilakukan Omar terasa sangat dekat dengan kehidupan nyata. Pilihan ending film ini juga tepat untuk ukuran anak-anak. Tak berlebihan namun juga tetap menyisakan nilai moral yang patut dicontoh.

Tayang pada tanggal 6 Desember 2012, Rudi hanya keteteran dalam urusan lagu. Rasanya kurang lengkap jika tidak ada lagu anak-anak yang mengiringi film anak-anak. Sayang juga rasanya bila Rudi juga menyelipkan adegan yang 'mendewasakan' anak-anak dengan tema pacaran.
Untuk urusan akting, sekali lagi Rudi berhasil mengarahkan anak-anak pendatang baru di perfilman dengan cantik. Mereka tampil jujur sehingga cerita terbangun dengan apik. Itu terlihat dari beberapa adegan yang natural saat terjadinya tindak pemukulan, anak-anak tersebut seolah terbiasa berakting.


(kpl/aal/uji/dka)

0 komentar: